Itu sebabnya, membuat tulisan ilmiah yang disampaikan dengan gaya bahasa yang populer, memerlukan keterampilan khusus yang bisa kita pelajari. Selain menjadi jembatan bagi mereka yang awam untuk memahami masalah ilmiah, juga tulisan bergaya ilmiah populer membuat pembaca menikmati citarasa tersendiri dari sebuah bacaan. Bayangkan, betapa senangnya bisa mengetahui seluk-beluk senjata nuklir, cara kerja senjata biologi dalam membunuh manusia dengan bahasa yang mudah dicerna. Menyenangkan sekali bukan?
Sobat muda, untuk melihat contoh tulisan seperti ini, silakan baca majalah ilmiah populer atau rubrik iptek di koran dan majalah umum. Sebab, di dalamnya banyak dibahas teknologi yang ada sangkut pautnya dengan kehidupan manusia. Dengan kata lain, disampaikan sebuah pembahasan tentang teknologi terapan. Itu akan mudah dipahami oleh hampir semua orang.
Meski demikian, saya akan ngasih tip khusus buat kamu untuk membuat tulisan iptek populer. Urusan data dan kerangka tulisan adalah mutlak diperlukan dalam setiap tulisan apapun, termasuk menulis iptek (ilmiah) populer ini. Nah, supaya berbau populer tema yang kamu bahas juga yang sifatnya dubutuhkan oleh siapa pun enak dibaca, tapi nggak kehilangan sifat ilmiahnya. Contohnya kalo kamu ngebahas tentang ban. Lebih spesifik lagi tentang ban mobil, ban motor, atau ban pesawat terbang. Itu berbeda jenis lho. Bisa dijelaskan masing-masing fungsi, cara penggunaan, model teknologi yang dipakai dan sejenisnya. Atau lebih khas dan rinci lagi, misalnya tentang ban yang gundul. Penyebab dan akibatnya. Menarik bukan?
Oke deh, dari penjelasan itu misalnya kita bisa rinci begini:
Ide umum : tentang mobil
Ide khusus : tentang ban
Topik : ban yang gundul
Tema : faktor-faktor penyebab ban gundul
Bahasan Tema : ban yang gundul bukan karena kualitas ban yang jelek atau ban itu selalu
dipakai di jalanan yang terbuat dari semen
Rincian Tema : ban yang gundul di bagian tengah, ban yang gundul di bagian pinggir,
ban yang gundul di bagian tengah tapi tidak merata (bergelombang)
Ada nggak tentang bahasan lain? Banyak sobat. Misalnya kamu mau nulis tentang saraan komunikasi. Bisa kamu ceritakan mulai dari sejarah pengiriman surat pertama kali, misalnya dikirim langsung (kurir), lalu meningkat memanfaatkan jasa burung merpati, terus telegrap, telegram, sampe akhirnya sarana komunikasi modern seperti telepon, juga ponsel (termasuk fiturnya yang oke semaxcam SMS, EMS, dan MMS), termasuk e-mail tuh. Waduh, kebanyakan dong ceritanya? He..he.. kamu bisa ringkas atuh.
Oke deh, kalo kebanyakan kamu bisa fokuskan kepada pembahasan tentang ponsel, misalnya. Boleh juga tuh. Kamu bisa nyari data-data seputar teknologi ponsel ini sejak yang pertama kali ponsel dibuat sampe sekarang. Lengkap beserta fitur-fitur menarik en bikin gemes. Oke banget kan? Nah, soal data-data dan istilah yang nggak akrab di telinga orang awam, kudu kamu jelaskan artinya. Bahasa juga kudu kamu gunakan yang sesederhana mungkin agar bisa dimengerti pembaca utama kita. Kalo remaja, ya, pake bahasa remaja. Kalo dewasa, gunakan pilihan kata yang nyetel dengan kebanyakan pembaca. Insya Allah oke deh.
Mau nulis tentang teknologi senjata, termasuk senjata pemusnah massal juga boleh. Silakan aja. Nggak ada yang ngelarang kok. Sah dan nggak usah bingung. Untuk membahasnya, kamu kudu bisa meramu fakta, data, dan istilah-istilah ilmiah yang dirangkai dengan kalimat-kalimat populer yang enak dibaca. Misalnya, kamu pengen nulis tentang senjata biologis seperti biobom. Nah, seperti halnya ketika menulis tentang ban, kamu bisa urutkan dulu dalam sebuah kerangka karangan, apa yang akan kamu bahas tentang biobom itu. Boleh deh saya kasih bocoran.
Ide umum : tentang senjata pemusnah massal
Ide khusus : tentang senjata biologis
Topik : biobom
Tema : cara kerja biobom. Kedahsyatan dan akibatnya untuk manusia
Bahasan tema : penemuan penting dalam sejarah persenjataan. Kebijakan-kebijakan
politis yang menyertainya dalam proses pengembangan senjata tersebut.
Rincian tema : perang dan teror menjadi bagian tak terpisahkan dari penggunaan senjata
biologis ini. Di sini, kita bisa mengeksplorasi data dan fakta dengan
sebanyak-banyaknya.
Lalu tulis deh dengan gaya bahasa yang enak dibaca. Sebagai contoh untuk tulisan ini, bolehlah dibaca sebuah artikel berjudul: Biobom; The Poor Man’s Atom Bomb. Artikel itu bisa kamu dapatkan di islamic digest, Insani edisi November 2002.
Jangan lupa, judulnya kudu menarik euy. Sebab, seperti yang udah secara khusus saya tulis, judul ibarat sebuah ‘wajah’ tulisan. Kalo menarik dan memikat, membuat orang penasaran untuk membacanya. Judul yang memble, meski tulisan isinya oke punya, biasanya gagal memancing rasa penasaran pembaca untuk melihat isi tulisan kita. Jadi, hati-hati dengan judul ya. Tapi yang pasti, patokannya jangan ngikutin judul dalam karya ilmiah. Walaupun ada embel-embel ilmiahnya, tulisan iptek populer tetap harus mengacu kepada ‘kaidah’ penulisan untuk konsumsi semua kalangan. Simpel, enak, dan tentunya menarik untuk dibaca.
Sobat muda, ini sekadar mengingatkan aja, bahwa untuk mendapatkan tuilisan iptek populer yang oke punya, harus getol mengumpulkan data. Bagusnya, memang nggak mesti hanya bidang yang kamu kuasai banget, boleh juga bidang iptek lainnya. Tentunya supaya nambah dong wawasan kita tenang iptek ini. Untuk mengumpulkan data or bahan, sekarang asyik juga lho. manfaatkan saja internet. Wow, itu udah bikin kita kaya dengan data. Jenis pembahasan apapun, insya Allah bisa kita dapatkan dengan jumlah yang lumayan banyak.
Meski demikian, kalo kamu kebetulan nemuin data menarik di koran, tabloid, dan majalah, sikat juga dong. Caranya, gunting artikel yang berkaitan dengan itu, tulis tanggal dan nama medianya. Tempelkan di kertas folio. Simpan di rak buku. Memang kegiatan ini agak kurang menyenangkan. Tapi, bisa dicoba deh, utamanya bagi kamu yang belum memiliki sarana dokumentasi untuk menyimpan file digital. Saya juga sering melakukan itu waktu belum punya komputer. Saya koleksi hampir semua jenis tulisan tentang iptek populer. Selain menarik untuk dibaca, saya simpan sebagai bahan bakar untuk menulis dalam kesempatan lain. Sebuah data, bagi penulis adalah salah satu energi yang akan menggerakkan kekuatan dan semangat untuk menulis. Tanpa data, penulis bukanlah apa-apa. Iya dong, apa yang mau ditulis kalo nggak punya data sedikit pun.
Oke deh, sekarang langsung saja kamu siapkan tenaga dan pikiran untuk segera menulis. Bahan-bahan udah siap, sekarang, Go! Menulis Go!
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH POPULER TENTANG SUMBER ENERGI RAMAH LINGKUNGAN
PENDAHULUAN
Dengan
semakin majunya peradaban manusia akan menuntut semakin banyak
aktifitas manusia yang akan dilakukan di muka bumi demi tujuan pemenuhan
kebutuhan hidup. Hampir semua aktifitas tersebut menyebabkan penambahan
emisi gas rumah kaca. Akibat penggunaan bahan bakar fosil dalam jangka
panjang ternyata telah memberikan akibat negatif terhadap kehidupan di
dunia. Hasil penelitian dari sekelompok peneliti di bawah naungan Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), panel antar pemerintah tentang perubahan iklim,
menyebutkan penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batu bara
dan gas alam telah menyumbangkan cukup besar pencemaran gas efek rumah
kaca yaitu karbondioksida ke atmosfer bumi yang mempunyai pengaruh besar
dalam proses pemanasan global. Salah
satu usaha yang dapat dilakukan untuk menghambat pemanasan global yang
telah diikrarkan dalam “Protokol Kyoto” tahun 1997 adalah mengurangi
emisi gas efek rumah kaca.
(Gagasan Utama). Bioenergi
menjadi salah satu hal yang dapat dikembangkan sebagai sumber energi
pengganti yang ramah lingkungan dengan tujuan mengurangi ketergantungan
pada bahan bakar minyak yang mahal dan terbatas. (Kalimat Penjelas) Bioenergi
selain dapat dihasilkan dari tanaman yang memang sengaja dibudidayakan
untuk produksi bioenergi juga dapat diusahakan dari pengolahan limbah
yang dihasilkan dari aktifitas kehidupan manusia. Sehingga, diharapkan
selain dapat mengurangi emisi gas efek rumah kaca juga mengurangi
masalah lingkungan dan meningkatkan nilai dari limbah itu sendiri. Salah
satu limbah yang dihasilkan dari aktifitas kehidupan manusia adalah
limbah dari usaha peternakan sapi yang terdiri dari feses, urin, gas dan
sisa makanan ternak. Limbah peternakan
khususnya ternak sapi merupakan bahan buangan dari usaha peternakan sapi
yang selama ini juga menjadi salah satu sumber masalah dalam kehidupan
manusia sebagai penyebab menurunnya mutu lingkungan melalui pencemaran
lingkungan, menggangu kesehatan manusia dan juga sebagai salah satu
penyumbang emisi gas efek rumah kaca. Pada
umumnya limbah peternakan hanya digunakan untuk pembuatan pupuk
organik. Untuk itu sudah selayaknya perlu adanya usaha pengolahan limbah
peternakan menjadi suatu produk yang bisa dimanfaatkan manusia dan
bersifat ramah lingkungan. Pengolahan
limbah peternakan melalui proses fermentasi perlu digalakkan karena
dapat menghasilkan biogas yang menjadi salah satu jenis bioenergi.
Pengolahan limbah peternakan menjadi biogas ini diharapkan dapat
mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak yang mahal dan
terbatas, mengurangi pencemaran lingkungan dan menjadikan peluang usaha
bagi peternak karena produknya terutama pupuk kandang banyak dibutuhkan
masyarakat.
Sumber
daya energi mempunyai peran penting dalam semua aspek pembangunan
ekonomi nasional. Energi diperlukan untuk pertumbuhan kegiatan industri,
jasa, perhubungan dan rumah tangga. Dalam jangka panjang, peran energi
akan lebih berkembang untuk mendukung pertumbuhan sektor industri dan
kegiatan lain yang terkait. Meskipun Indonesia adalah salah satu negara
penghasil batu bara, minyak bumi dan gas, namun dengan berkurangnya
cadangan minyak dan penghapusan subsidi menyebabkan harga minyak naik
dan kualitas lingkungan yang menurun akibat penggunaan bahan bakar fosil
yang berlebihan. Pemanasan
global memberikan dampak sangat buruk pada keseimbangan kehidupan
manusia antara lain menyebabkan iklim tidak stabil, peningkatan suhu
permukaan laut, suhu keseluruhan dunia akan cenderung meningkat,
gangguan tersebut berdampak pada kehidupan sosial masyarakat. Kondisi
ini sangat memprihatinkan, ketergantungan terhadap sumber energi tidak
dapat dihindarkan, dengan semakin majunya peradaban manusia maka
kebutuhan akan sumber energi dalam setiap sektor kehidupan sangatlah
besar. Ketergantungan
masyarakat Indonesia terhadap bahan bakar minyak sangatlah besar.
Semakin melambungnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM),
akibat tingginya harga BBM di pasar dunia sangat memberatkan masyarakat
terutama bagi masyarakat yang berada di daerah pedalaman yang merupakan
kantong-kantong masyarakat miskin karena harga BBM di lokasi ini bisa
naik 2 – 8 kali lipat lebih tinggi dari harga di perkotaan. Belum lagi
masalah BBM selesai, masalah listrik mencuat pula. Pemadaman listrik
bergiliran menjadi konsumsi masyarakat di beberapa daerah. Perusahaan
Listrik Negara (PLN) dihadapkan kepada masalah kesulitan membeli batu
bara sebagai bahan bakar penggerak pembangkit listrik yang dimiliki oleh
PLN.
Kelangkaan
batu bara untuk usaha listrik ini terjadi karena produksi batu bara
Indonesia yang melimbah sebagian besar justru diekspor ke luar negeri. Sudah
saatnya Indonesia mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak
dengan mengembangkan sumber energi pengganti yang ramah lingkungan dan
terbaru. Salah satu jenis bahan bakar pengganti yang dimaksud adalah
bioenergi. Bioenergi selain bisa diperbaharui bersifat ramah lingkungan,
dapat terurai, mampu mengurangi efek rumah kaca dan terus-menerus, dan
bahan baku cukup terjamin. Bahan baku bioenergi dapat diperoleh dengan
cara sederhana yaitu melalui budidaya tanaman penghasil biofuel dan
memanfaatkan limbah yang ada di sekitar kehidupan manusia.
(Kalimat Pengembang) Indonesia
memiliki banyak sumber daya alam hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku bionergi. Pengembangan bioenergi sebagai sumber energi
pengganti sangat cocok digunakan karena didukung dengan oleh
ketersediaan lahan yang mencukupi untuk membudidayakan tanaman dan
ternak penghasil biofuel. Indonesia memiliki sumber daya lahan yang
sangat luas untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian. Kondisi ini
memungkinkan untuk pengusahaan berbagai jenis tanaman, termasuk
komoditas penghasil bioenergi. Dan beberapa bahan baku bioenergi adalah
kelapa sawit, sagu, kelapa, ubi kayu, jarak pagar, tebu, jagung dan
limbah peternakan. Gas
metan ini sudah lama digunakan oleh warga Mesir, China, dan Roma kuno
untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas. Sedangkan proses
fermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan gas metan ini pertama kali
ditemukan oleh Alessandro Volta (1776). Hasil identifikasi gas yang
dapat terbakar ini dilakukan oleh Willam Henry pada tahun 1806 dan
Becham (1868) murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882) adalah orang
pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan gas metan.
Gas ini berasal dari berbagai macam limbah organik seperti sampah
biomassa, kotoran manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan menjadi
energi melalui proses fermentasi. Biogas yang terbentuk dapat dijadikan
bahan bakar karena mengandung gas metan dalam persentase yang cukup
tinggi. Biogas
sebagai salah satu sumber energi yang dapat diperbaharui dapat menjawab
kebutuhan akan energi sekaligus menyediakan kebutuhan hara tanah dari
pupuk cair dan padat yang merupakan hasil sampingannya serta mengurangi
efek rumah kaca. Pemanfaatan biogas
sebagai sumber energi pengganti dapat mengurangi penggunaan kayu bakar.
Dengan demikian dapat mengurangi usaha penebangan hutan, sehingga
kehidupan hutan terjaga. Biogas menghasilkan api biru yang bersih dan
tidak menghasilkan asap. Energi
biogas sangat potensial untuk dikembangkan kerena produksi biogas
peternakan ditunjang oleh kondisi yang memungkinkan dari perkembangkan
dunia peternakan sapi di Indonesia saat ini. Disamping itu, kenaikan
tarif listrik, kenaikan harga LPG, premium, minyak tanah, minyak solar,
minyak diesel dan minyak bakar telah mendorong pengembangan sumber
energi elternatif yang murah, berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Peningkatan
kebutuhan susu dan pencanangan swasembada daging tahun 2010 di
Indonesia telah merubah pola pengembangan agribisnis peternakan dari
skala kecil menjadi skala menengah/besar. Di beberapa daerah telah
berkembang koperasi susu, peternakan sapi pedaging melalui kerjasama
dengan perkebunaan kelapa sawit dan sebagainya. Kondisi ini mendukung
ketersediaan bahan baku biogas secara terus-menerus dalam jumlah yang
cukup untuk memproduksi biogas. Ada
beberapa keuntungan penggunaan kotoran ternak sebagai penghasil biogas
yaitu, mengurangi pencemaran lingkungan terhadap air dan tanah,
pencemaran udara (bau), memanfaatkan limbah ternak tersebut sebagai
bahan bakar biogas yang dapat digunakan sebagai energi pengganti untuk
keperluan rumah tangga, mengurangi biaya pengeluaran peternak untuk
kebutuhan energi bagi kegiatan rumah tangga yang berarti dapat
meningkatkan kesejahteraan peternak, melaksanakan pengkajian terhadap
kemungkinan dimanfaatkannya biogas untuk menjadi energi listrik untuk
diterapkan di lokasi yang masih belum memiliki akses listrik.
melaksanakan pengkajian terhadap kemungkinan dimanfaatkannya kegiatan
ini sebagai usulan untuk mekanisme pembangunan bersih.
Terdapat sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi pemanfaatan kotoran ternak sapi menjadi biogas yaitu:
1. Ketersediaan ternak
Jenis
jumlah dan sebaran ternak di suatu daerah dapat menjadi potensi bagi
pengembangan biogas. Hal ini karena biogas dijalankan dengan
memanfaatkan kotoran ternak. Kotoran ternak yang dapat diproses menjadi
biogas berasal dari ternak ruminansia dan non ruminansia seperti sapi
potong, sapi perah serta unggas. Jenis
ternak mempengaruhi jumlah kotoran yang dihasilkannya. Untuk
menjalankan biogas skala individual atau rumah tangga diperlukan kotoran
ternak dari 3 ekor sapi, atau 7 ekor babi, atau 400 ekor ayam.
2. Kepemilikan Ternak
Jumlah
ternak yang dimiliki oleh peternak menjadi dasar pemilihan jenis dan
kapasitas biogas yang dapat digunakan. Saat ini biogas kapasitas rumah
tangga terkecil dapat dijalankan dengan kotoran ternak yang berasal dari
3 ekor sapi atau 7 ekor babi atau 400 ekor ayam. Bila ternak yang
dimiliki lebih dari jumlah tersebut, maka dapat dipilihkan biogas dengan
kapasitas yang lebih besar (berbahan fiber atau semen) atau beberapa
biogas skala rumah tangga.
3. Pola Pemeliharaan Ternak
Ketersediaan
kotoran ternak perlu dijaga agar biogas dapat berfungsi maksimal.
Kotoran ternak lebih mudah didapatkan bila ternak dipelihara dengan cara
dikandangkan dibandingkan dengan cara digembalakan.
4. Ketersediaan Lahan
Untuk
membangun biogas diperlukan lahan disekitar kandang yang luasannya
bergantung pada jenis dan kapasitas biogas. Lahan yang dibutuhkan untuk
membangun biogas skala terkecil (skala rumah tangga) adalah 14 m2 (7m x
2m). Sedangkan skala komunal terkecil membutuhkan lahan sebesar 40m2 (8m
x 5m).
5. Tenaga Kerja
Untuk
mengoperasikan biogas diperlukan tenaga kerja yang berasal dari
peternak/pengelola itu sendiri. Hal ini penting mengingat biogas dapat
berfungsi optimal bila pengisian kotoran ke dalam reaktor dilakukan
dengan baik serta dilakukan perawatan peralatannya. Banyak kasus
mengenai tidak beroperasinya atau tidak optimalnya biogas disebabkan
karena: pertama, tidak adanya tenaga kerja yang menangani unit tersebut;
kedua, peternak/pengelola tidak memiliki waktu untuk melakukan
pengisian kotoran karena memiliki pekerjaan lain selain memelihara
ternak.
6. Manajemen Limbah/Kotoran
Manajemen
limbah/kotoran terkait dengan penentuan komposisi padat cair kotoran
ternak yang sesuai untuk menghasilkan biogas, jumlah pemasukan kotoran,
dan pengangkutan atau pengaliran kotoran ternak ke dalam raktor. Bahan
baku reaktor biogas adalah kotoran ternak yang komposisi padat cairnya
sesuai yaitu 1 berbanding 2. Pada peternakan sapi perah komposisi padat
cair kotoran ternak biasanya telah sesuai, namun pada peternakan sapi
potong perlu penambahan air agar komposisinya menjadi sesuai. Jumlah
pemasukan kotoran dilakukan secara berkala setiap hari atau setiap 2
hari sekali tergantung dari jumlah kotoran yang tersedia dan sarana
penunjang yang dimiliki. Pemasukan kotoran ini dapat dilakukan secara
manual dengan cara diangkut atau melalui saluran.
7. Kebutuhan Energi
Pengelolaan
kotoran ternak melalui proses reaktor an-aerobik akan menghasilkan gas
yang dapat digunakan sebagai energi. Dengan demikian, kebutuhan peternak
akan energi dari sumber biogas harus menjadi salah satu faktor yang
utama. Hal ini mengingat, bila energi lain berupa listrik, minyak tanah
atau kayu bakar mudah, murah dan tersedia dengan cukup di lingkungan
peternak, maka energi yang bersumber dari biogas tidak menarik untuk
dimanfaatkan. Bila energi dari sumber lain tersedia, peternak dapat
diarahkan untuk mengolah kotoran ternaknya menjadi kompos atau kompos
cacing (kascing).
8. Jarak (kandang-reaktor biogas-rumah)
Energi
yang dihasilkan dari biogas dapat dimanfaatkan untuk memasak,
menyalakan petromak, menjalankan generator listrik, mesin penghangat
telur/ungas dll. Selain itu air panas yang dihasilkan dapat digunakan
untuk proses sanitasi sapi perah. Pemanfaatan energi ini dapat maksimal
bila jarak antara kandang ternak, reaktor biogas dan rumah peternak
tidak telampau jauh dan masih memungkinkan dijangkau instalasi
penyaluran biogas. Karena secara umum pemanfaatan energi biogas
dilakukan di rumah peternak baik untuk memasak dan keperluan lainnya.
9. Pengelolaan Hasil Samping Biogas
Pengelolaan
hasil samping biogas ditujukan untuk memanfaatkannya menjadi pupuk cair
atau pupuk padat (kompos). Pengeolahannya tergolong sederhana yaitu
untuk pupuk cair dilakukan fermentasi dengan penambahan bioaktivator
agar unsur haranya dapat lebih baik, sedangkan untuk membuat pupuk
kompos hasil samping biogas perlu dikurangi kandungan airnya dengan cara
diendapkan, disaring atau dijemur. Pupuk yang dihasilkan tersebut dapat
digunakan sendiri atau dijual kepada kelompok tani setempat dan menjadi
sumber tambahan pandapatan bagi peternak.
10. Sarana Pendukung
Sarana pendukung dalam pemanfaatan biogas terdiri dari saluran air dan
peralatan kerja. Sarana ini dapat mempermudah pengelolaan dan perawatan
instalasi biogas. Saluran air dapat digunakan untuk mengalirkan kotoran
ternak dari kandang ke reaktor biogas sehingga kotoran tidak perlu
diangkut secara manual. Air digunakan untuk membersihkan kandang ternak
dan juga digunakan untuk membuat komposisi padat cair kotoran ternak
yang sesuai. Sedangkan peralatan kerja digunakan untuk
mempermudah/meringankan pekerjaan /perawatan instalasi biogas.
(Kesimpulan) Indonesia
sangat baik dalam pengembangan biogas, pada umumnya peternak sapi di
Indonesia mempunyai rata- rata 2 – 5 ekor sapi dengan lokasi yang
tersebar tidak berkelompok. Sehingga penanganan limbahnya baik itu
limbah padat, cair maupun gas seperti kotoran maupun sisa pakan dibuang
ke lingkungan sehingga menyebabkan pencemaran. Pengolahan limbah secara
sederhana hanya dengan pemanfaatannya sebagai pupuk alami. Diketahui
sapi dengan bobot 450 kg menghasilkan limbah berupa kotoran lebih
kurang 25 kg per hari. Dan apabila tidak dilakukan penanganan secara
baik maka akan menimbulkan masalah pencemaran lingkungan udara, tanah
dan air serta penyebaran penyakit menular. Sehingga sangat diperlukan
usaha untuk mengurangi dampak buruk dari kegiatan peternakan sapi salah
satunya dengan melakukan penanganan yang baik terhadap limbah yang
dihasilkan melalui biogas. Hasil biogas dari rata 3 – 5 ekor sapi
tersebut setara dengan 1-2 liter minyak tanah/hari. Dengan demikian
keluarga peternak yang sebelumnya menggunakan minyak tanah untuk memasak
bisa menghemat penggunaan minyak tanah 1-2 liter/hari. Pemanfaatan
biogas di Indonesia sebagai energi pengganti sangat memungkinkan untuk
diterapkan di masyarakat, apalagi sekarang ini harga bahan bakar minyak
yang makin mahal dan kadang-kadang langka keberadaannya. Besarnya
limbah biomassa padat di seluruh Indonesia seperti kayu dari kegiatan
industri pengolahan hutan, pertanian dan perkebunan; limbah kotoran
hewan, misalnya kotoran sapi, kerbau, kuda, dan babi juga dijumpai di
seluruh provinsi Indonesia dengan kualitas yang berbeda-beda. Teknologi
biogas adalah suatu teknologi yang dapat digunakan dimana saja selama
tersedia limbah yang akan diolah dan cukup air. Di negara maju
perkembangan teknologi biogas sejalan dengan perkembangan teknologi
lainnya. Untuk kondisi di Indonesia, teknologi biogas dapat dibangun
dengan kepemilikan kelompok dan dipelihara secara bersama.
Disamping
itu, usaha lain yang dapat bergerak dengan kegiatan ini adalah
peternakan cacing untuk pakan ikan dan unggas, industri tahu atau tempe
dapat menghasilkan ampas tahu yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan sapi
dan limbah cairnya sebagai bahan input produksi biogas. Industri
kecil pendukung juga dapat berkembang, seperti industri bata merah,
industri kompor gas, industri lampu penerangan, pemanas air dan
sebagainya. Sehingga pengembangan teknologi biogas secara langsung
maupun tidak langsung diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru dipedesaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar