Sabtu, 12 Januari 2013

Gita Wirjawan Siap Hadapi Protes AS di WTO Soal Pengetatan Impor Hortikultura

Jakarta - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengaku sudah mengetahui terkait aduan pemerintah Amerika Serikat (AS) ke WTO soal pengetatan impor produk hortikultura. Namun Gita belum mendapat pemberitahuan resmi langsung dari WTO.

"Belum ada pemberitahuan secara resmi dari WTO," kata Gita kepada detikFinance, Jumat (11/1/2013)

Gita menambahkan, meski belum ada pemberitahuan resmi dari WTO pihaknya akan menyiapkan bahan untuk menanggapi protes Negeri Paman Sam tersebut. "Namun kita akan siapkan bahan untuk tindak lanjutnya," jelas Gita.

Sebelumnya AS mengadukan pemerintah Indonesia ke World Trade Organization (WTO) terkait kebijakan pengetatan impor produk hortikultura dan produk hewan. Kebijakan ini dianggap merugikan perdagangan Negeri Paman Sam tersebut terutama untuk produk hortikultural dan daging mereka.

Indonesia dituding menerapkan persyaratan yang ketat terhadap produk-produk hortikultura impor. Selain itu, Indonesia merapkan kuota impor daging sapi dan produk peternakan lainnya yang membuat industri AS turun drastis.

Seperti diketahui aturan Impor holtikultura diatur melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 60 Tahun 2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura awalnya akan berlaku 28 September 2012. Permendag itu merupakan revisi dari Permendag No 30/2012 yang semula diterapkan 15 Juni, tetapi ditunda hingga 28 September 2012. Kemudian peraturan itu ditunda lagi hingga tanggal 27 Oktober 2012 .

Sebagaimana diketahui Permendag No. 30 Tahun 2012 mewajibkan para importir produk hortikultura untuk memperhatikan aspek keamanan pangan, ketersediaan produk dalam negeri, dan penetapan sasaran produksi dan konsumsi produk hortikultura.

Selain itu para importir juga harus memenuhi persyaratan kemasan dan pelabelan, standar mutu serta ketentuan keamanan dan perlindungan terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan.

analisa:
mengapa harus tunduk negara amerika? toh kita tidak menganut faham ekonomi liberal yang segala sesuatunya ditentukan oleh pasar. harusnya kita tetap berpegang teguh apa yang pernah dikatakan Soekarno, "berdiri diatas kaki sendiri". hal itu bukan tidak mungkin dilakukan, lihatlah Iran, negara dengan setumpuk sanksi yang diberikan amerika tetapi mereka tetap "berdikari", karena mereka yakin, bahwa ekonomi negaranya akan lebih baik tanpa peraturan-peraturan dari negeri paman sam tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar